Minggu, 27 Mei 2018

makalah tentang “Konsumsi Aggregate Islami”




Makalah
Ilmu Ekonomi Makro Islam


Tentang :
“Konsumsi Aggregate Islami”


Oleh kelompok 3:

DEKA NANDA SAPUTRA            : 1630403018
FAISAL EFENDI                            : 1630403033
BENNY BRILIANTO                     : 1640403015
ASHABUL GAFI                             : 1630403010



DOSEN :

GAMPITO, S.E, M. SI.
IVO SABRINA, M.E, Sy.


JURUSAN EKONOMI SYARIAH KOSENTRASI MANAJEMEN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI SYARIAH DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
2017






KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa juga Penulis ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian makalah ini. Didalam makalah Ekonomi Makro Islam ini Penulis akan menjelaskan “Konsumsi Aggregat Islam”.
Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran akan Penulis terima dengan penuh ucapan terimakasih demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih mengenai “Konsumsi Aggregat Islam” bagi pembaca. Amin.

Batusangkar, 21  September 2017

Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Konsep Konsumsi Keynes versus Klasik……..............................................  2
B.     Konsep Konsumsi Aggregat Islami............................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…................................................................................................ 11
B.     Saran.............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA







BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Teori ekonomi yang dikembangkan Barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis yang memasukkan nilai-nilai moral dan sosial. Analisis hanya dibatasi pada variabel-variabel lain tidak dimasukkan, seperti variabel nilai moral seperti kesederhanaan, keadilan, sikap mendahulukan orang lain dan sebagiannya.
Konsumsi agregat secara umum adalah seluruh pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, tingkat suku bunga dan harapan-harapan rumah tangga dimasa yang akan datang. Konsumsi agregat Islam memiliki duan karakteristik, yaitu muzakki dan mustahiq.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep Konsumsi Keynes versus Klasik ?
2.      Bagaimana konsep Aggregate Islami ?









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Konsumsi Keynes versus Klasik
Pandangan Klasik
Pandangan akan perekonomian menurut para ahli ekonomi klasik adalah perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang penuh.
Pandangan ini didasarkan atas keyakinan bahwa :
1.      Fleksibilitas tingkat bunga akan mewujudkan kesamaan/keseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat dari jumlah tabungan dan investasi pada kondisi  penggunaan tenaga kerja penuh.
Tingkat bunga akan menentukan besarnya tabungan rumah tangga maupun investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam perekonomian. Menurut para ahli, tingkat suku bunga akan berubah-ubah sampai mencapai tingkat keseimbangan dimana besarnya tabungan=investasi.
Sebagai ilustrasi:
Pada saat tingkat suku bunga 20 %, besarnya tabungan akan meningkat pesat  karena memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Akan tetapi, bank akan kesulitan untuk menyalurkan pinjaman karena masyarakat akan lebih memilih untuk menabung dari pada berinvestasi karena return atas tabungannya lebih tinggi. Untuk menanggulangi hal tersebut, bank akan menurunkan suku bunganya.
Sebaliknya pada saat tingkat suku bunga 10%, masyarkat akan memilih untuk mencairkan tabungannya dan memilih untuk berinvestasi saja (dengan asumsi return atas investasi lebih baik). Karena banyak orang yang memilih untuk berinvestasi, bank menjadi kekurangan dana untuk dipinjamkan kepada para investor, untuk menghimpun dana, maka bank akan menaikkan suku bunga tabungannya. (Musta Edwin Nasution)
Penyesuain ini, dalam pandangan ekonomi klasik akan terus berulang-ulang hingga tercapai tingkat bunga pada titik keseimbangan, misalnya 15%, dimana pada titik tersebut jumlah tabungan dan jurnal investasi ini pendapatan sebesar 15% dari bunga akan habis untuk pembelian barang kebutuhan karena harga yang ditetapkan oleh para investor memberikan return sebesar 15% dari nilai investasinya.
Pada titik tersebut, menurut pandangan ekonomi klasik merupakan titik terjadinya kondisi penggunaan tenaga kerja penuh dimana penawaran aggregat=pengeluaran aggregat. Keadaan keseimbangan ini akan tetap wujud karena kebocoran dari sektor rumah tangga yaitu ? tabungan akan diimbangi oleh suntikkan yang sama besar yaitu investasi oleh para pengusaha.
2.      Fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan keadaan dimana permintaan dan penawaran tenaga kerja akan mencapai keseimbangan pada penggunaan tenaga kerja penuh.
Para ahli ekonomi klasik beryakinan apabila tejadi pengangguran, mekanisme pasar akan menciptakan penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar tenaga kerja sehingga pengangguran pada akhirnya dapat dihapuskan. Asumsi yang digunakan para ahli ekonomi klasik antara lain :
a.       Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan maksimum.
b.      Keuntungan maksimum akan dicapai pada keadaan dimana upah adalah sama dengan produksi marjinal.
Pandangan Keynes
Teori makroekonomi berkembang setelah J.M Keynes menunjukkan kelemahan-kelemahan pandangan para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat perekonomian suatu negara yang disadari oleh penggunaan tenaga kerja penuh. (Abdul Mannan. 1997)
Perbedaan pandangan Keynes dan ekonomi Klasik didasarkan atas perbedaan pendapat yang bersumber dalam persolan berikut :
1)      Faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan dan tingkat investasi dalam perekonomian.
Menurut pandangan ahli ekonomi Klasik faktor penentu besarnya tabungan dan investasi adalah timgkat suku bunga. Akan tetapi menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung pada besar pada tinggi rendahnya tingkat suku bunga, tetapi tergantung pada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga. Artinya  semakin besar tingkat pendapatan rumah tangga semakin besar pula tabungan dan sebaliknya.
2)      Hubungan antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha.
Para ahli ekonomi Klasik beranggapan bahwa dengan asumsi ceteris paribus, penurunan tingkat upah tidak akan mempengaruhi biaya produksi marjinal. Akan tetapi menurut Keynes, tidaklah demikian. Dian beranggapan bahwa penurunan tingkat upah akan menurunkan daya beli masyarakat. Turunya daya beli masyarakat akan menurunkan tingkat pengeluaran dan berakibat pada turunnya tingkat harga barang dan jasa.turunya timgkat permintaan terhadap barang dan jasa akibat lemahnya daya beli masyarakat akan berakibat pada penurunan kapasitas produksi yang artinya pengurangan jumlah tenaga kerja. Dengan demikiann penurunan tingkat upah tidak dapat menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh.
Karena perbedaan pendapat antara Keynes dengan para ahli ekonomi Klasik di atas, Keynes juga mempunyai pandangan tersendiri terhadap faktor yang yang menjadi penentu tingkat kegiatan ekonomi suatu negara. Menurut Keynes, faktor penentu kegiatan ekonomi suatu negara adalah permintaan efektif. Yang dimaksud dengan pwrmintaan efektif adalah permintaan yang disertai kemampuan untuk membayar barang-barang dan jasa-jasa dalam wujud perekonomian. (Muhammad Muflih. 2005)
Dengan bertambah besarnya permintaan efektif dalam perekonomian, bertambah pula tingkat produksi yang akan dicapai oleh sektor perusahaan. Keadaan ini dengan sendirinya akan menyebabakan pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi, penggunaan tenaga kerja dan faktor-faktor produksi.
Dalam analisis Keynes , dia membagi permintaan Aggregat kepada dua jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman modal oleh pengusaha. Akan tetapi, dalam analisis makro ekonomi, pengeluaran pemerintah dan ekspor juga ikut mempengaruhi pengeluaran aggregat. Berikut adalah penjelasan faktor yang mempengaruhi permintaan aggregat :
a)      Konsumsi dan investasi
Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi ( MPC=Marginal Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya.
Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisisih antara produksi nasional dengan tingkat konsumsi menjadi semakin besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, para pengusaha perlu melakukan investasi sebesar selisih antara tingkat konsumsi dan produksi tersebut. Jika besarnya investasi tidak mencapai jumlah tersebut, maka akan terjadi pengangguran. Karena kondisi tersebut dalam kondisi nyata tidak selalu tercapai, maka pengangguran akan selalu ada.
b)      Pengeluaran Pemerintahsan Ekspor
Dalam analisis makroekonomi dan perhitungan pendapatan nasional pengeluaran pemerintah dan ekspor juga merupakan bentuk pengeluaran.
Besar tingkat pengeluaran pemerintah akan mempengaruhi produksi nasional karena pemerintah sendiri merupakan konsumen yang besar. Sehingga konsumsi dari pemerintah juga mencakup sebagian besaqr dari konsumsi nasional.
Ekspor menunjukkan permintaan efektif yang berasal dari luar negeri. Semakin besar ekspor semakin banyak pula produksi nasional yang dikonsumsi.
Teori konsumsi Keynes menyatakan bahwa “Pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah, dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol”.
Teori konsumsi Keynes terkenal dengan teori konsumsi dengan Hipotesis pendapatan Absolut yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut Keynes semuanya tidak terlalu berpengaruh.
Fungsi konsumsi Keynes dapat dijabarkan dengan rumus :
C = a + MPC  (Yd)
Dimana:
C =  Konsumsi aggregat
A = Autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan walau pendatan=0
Yd = pendapatan yang siap dibelanjakan
MPC = Angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadap kenaikan disposable income.
B.     Konsep Konsumsi Aggregat Islami
Konsumsi Aggregat adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Kelompok utama yang menghabiskan adalah konsumen, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri.
AD = C + I + G (X-M)
Dimana C = Pengeluaran konsumsi, I = pengeluaran investasi, G = pengeluaran pemerintah, dan (X-M) = Ekspor impor.
Dalam menganalisis permintaan aggregat, dua ekonomi terkenal yaitu Keynes dan Pigou mempunyai pendapat yang berbeda. (Eko Suprayitno. 2005)
Menurut Keynes, apabila terjadi perubahan harga, maka jumlah yang beredar riil (Ms/P) akan berubah, akibatnya terjadi perubahan pada tingkat bunga (i). Selanjutnya perubahan tingkat bunga tersebut akan mempengaruhi investasi (I) yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan nasioanal.
Sedangkan menurut Pigou, apabila terjadi perubahan harga dalam perekonomian masyarakat akan merasa saldo kas rill mereka berubah, yang selanjutnya akan mempengaruhi konsumsi masyarkat tersebut. Perubahan pada pendapatan nasional. (Http://id.shyoong.com/tags/perminttan-aggregat-islam/)
Jadi pada intinya, perbedaan pendapat ekonomi tersebut terletak pada perubahan variabel-variabel ekonomi akibat adanya perubahan harga. Keynes menitik beratkan pada perubahan tingkat bunga, sedangkan Pigou menitik beratkan perubahan konsumsi ketika terjadi perubahan harga.
Permintaan Aggregat dalam perekonomian terbuka Islam adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik dari dalam ,maupun dari luar negeri yang sesuai dengan syariat Islam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Aggregat adalah pengeluaran konsumsi, pemgeluaran investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor impor :
1.      Pengeluaran Konsumsi
Tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan maslahah duniawi dan ukhrawi. Mashlahah duniawi adalah terpenuhi kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, dll.  Kemaslahatan ukhrawi adalah terlaksanya kewajinban agama seperti shalat, haji, dll. Artinya, manusia makan dan minum agar bisa beribadah kepada Allah, seperti manusia berpakaian untuk menutup aurat agar bisa sholat.
Pengaruh prinsip-prinsip Islam terhadap pengeluaran konsumsi dengan pendapatan yang muncul dalam suatu ekonomi, dalam hali ini ada 4 hipotesa teoritis sebagai berikut :
a.       Hipotesa pendapatan mutlak
Menurut Hipotesa ini konsumsi dalm periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi pada periode tersebut. Naiknya pendapatan, tingkat konsumsi akan naik juga.
b.      Hipotesa pendapatan relative
Konsumsi rata-rata dan konsumsi marginal adalah sama. Zakat dan sedekah akan mengurangi tingkat konsumsi dan dapat meningkatkan jumlah tabungan yang akan diarahkan untuk investasi.

c.       Hipotesa pendapatan permanen
Besar zakat tetap misalnya zakat profesi 2,5% berapun jumlahnya penghasilannya karena pertimbangan agama dan ketentuan hukum Allah, tidak seperti pajak. Sehingga konsumsi permanen aggregat tidak akan berpengaruh terhadap ditribusi pendapatan.
d.      Hipotesa siklus kehidupan
Konsumsi tidak tergantung dengan pendapatan saat ini, namu juga dari pendapatan yang diharapkan untuk masa yang akan datang telah diatur selama hidup. Islam tidak mengajari pola hidup mewah dan boros atau pengeluaran yang berlebihan. Bila hal ini diterapkan akan dapat mengurangi konsumsi total dan dapat meningkatkan volume investasi. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an A’raf ayat 31 yang artinya “ Hai anak Adam, pakailah pakaian yang indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhynya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf : 31)
2.      Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran aggregat. Investasi adalah pengeluaran oleh swasta untuk pembelian barang- barang dan jasa yang akan dipakai dalam proses produksi atau dengan kata lain sama dengan permintaan oleh swasta terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk investasi produktif.
Faktor yang menentukan pengeluaran investasi berbeda dengan konsumsi. Perbedaannya terletak dalam hal tujuan membeli barang, yaitu untuk berinvestasi dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan sedangkan konsumsi dengan tujuan untuk memenuhi kebuthan pokok. Perbedaan lain adalah sumber pembiayaan untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber pembiayaan dan keuangan dimana jumlahnya tidak tergantung dari kondisi keuangan sekarang tetapi pada harapan kondisi keuangan dimasa mendatang. Pembiayaan konsumsi rumah tangga berasal dari pendapatan sekarang. Jadi pengeluaran investasi jumlahnya jauh melebihi jumlah pendapatan sekarang, tidak tergantung dengan income.
Fungsi investasi dalam ekonomi Islam amat berbeda dengan fungsi investasi dalam ekonomi konvensional. Perbedaan terjadi terutama karena pengusaha Islam tidak menggunakan tingkat bunga dalam menghitung investasi.
Investasi di negara penganut ekonomi Islam dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
a.       Ada sangsi untuk memegang asste yang tidak produktif.
b.      Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan judi.
c.       Tingkat bunga untuk pinjaman adalah nol.


Permintaan investasi akan meningkatkan jika :
a.       Meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan.
b.      Meningkatkan tingkat iuran terhadap asset yang tidak produktif.
Tingkat keuntungan yang diharapkan bukan sebagai varaible control, maka variable yang dipakai oleh otoritas Islam adalah tingkat biaya atas asset yang tidak produktif. Variable ini merupakan alternative tingkat bunga yang biasa berlaku dalam negara nin Islam.
Pada gambar memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat keuntungan yang diharpkan, semakin besar volume investasinya. Dalam ekonomi Islam, permintaan investasi akan menurun sampai nol pada titik dimana tingkat keuntungan menjadi negative.
3.      Ekspor dan Impor
Berhubungan dengan ekspor dan impor dalam ekonomi Islam terdapat beberapa ketentuan sebagai berukut :
a.       Perdangan luar negeri dengan negara kafir yang memiliki hubungan permusuhan dan perperangan secara dengan negara Islam adalah haram.
b.      Negara mengizinkan kaum muslim untuk melakukan perdagangan dengan negara-negara kafir yang negaranya menjalin perjanjian denfan negara Islam.
Dari uraian di atas dapat disimpulakn bahwa perdagangan luar negeri negara Islam dikontrol sepenuhnya oleh negara. Negara Islam juga melakukan sejumlah proteksi untuk melindungi stabilitas ekonomi. Hanya saja proteksi yang dilakukan oleh negara Islam tidak sama dengan yag dilakukan oleh negara kapitalis. Proteksi yang dilakukan negara Islam tidak ditujukan untuk melindungi stabilitas ekonomi saja, tetapi juga ditujukan untuk mewujudkan stabilitas politik dan tugas menyebarkan risalah Islam keseluruh dunia.
Adapun mengenai cukai yang dikenakan atas komoditas yang keluar masuk di wilayah negara Islam tentu berbeda dengan cukai yang dipraktikkan pada perdagangan luar negeri konvensional. Cukai diperkenakan kepada pelaku perdagangan dari warga negara Islam sama sekali tidak boleh ada cukai.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teori konsumsi Keyness menyatakan bahwa pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula. Dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah, dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat bunganya nol.
Teori konsumsi klasik menyatakan perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang penuh.
B.     Saran
Demikianlah makalah singkat ini, saya menyadari banyaknya kekurangan didalam penyusunannya. Maka dari itu saya meminta maaf dan mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Atas perhatiannya saya ucapakan terimakasih.




 

DAFTAR PUSTAKA
Mannan, Abdul. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Dhana Bhakti Wakaf: Yogyakarta)
Muflih, Muhammad. 2005. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam. (Rajawali Press: Jakarta)
Nasution, Mustafa Edwin. Ekonomi Islam. (Jakarta: Prenada Media Group)
Suprayitno, Eko. 2005. Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional. (Graha Ilmu: Yogyakarta)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makalah tentang TEORI KETENAGAKERJAAN DAN UPAH

MAKALAH ILMU EKONOMI MIKRO Tentang : TEORI KE TENAGAKERJAAN DAN UPAH Oleh : DEKA NANDA SAPUTRA NIM: 1630403018 ...