Makalah
Ilmu Ekonomi Makro Islam
Tentang :
“Konsumsi Aggregate Islami”
Oleh kelompok 3:
DEKA NANDA SAPUTRA : 1630403018
FAISAL EFENDI : 1630403033
BENNY BRILIANTO : 1640403015
ASHABUL GAFI : 1630403010
DOSEN :
GAMPITO, S.E, M. SI.
IVO SABRINA, M.E, Sy.
JURUSAN EKONOMI SYARIAH KOSENTRASI MANAJEMEN
SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI SYARIAH DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, sehingga
Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa juga Penulis ucapkan
terimakasih kepada Dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dan motivasi dalam penyelesaian makalah ini. Didalam makalah Ekonomi Makro Islam ini Penulis akan
menjelaskan “Konsumsi Aggregat Islam”.
Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran akan Penulis
terima dengan penuh ucapan terimakasih demi kemajuan dan kesempurnaan makalah
ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
wawasan yang lebih mengenai “Konsumsi Aggregat Islam” bagi pembaca. Amin.
Batusangkar, 21
September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.......................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Konsumsi Keynes versus Klasik…….............................................. 2
B. Konsep Konsumsi Aggregat Islami............................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…................................................................................................ 11
B. Saran.............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori ekonomi yang dikembangkan Barat membatasi
analisisnya dalam jangka pendek yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi
keinginannya saja. Tidak ada analisis yang memasukkan nilai-nilai moral dan
sosial. Analisis hanya dibatasi pada variabel-variabel lain tidak dimasukkan,
seperti variabel nilai moral seperti kesederhanaan, keadilan, sikap
mendahulukan orang lain dan sebagiannya.
Konsumsi agregat secara umum adalah seluruh
pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk barang dan jasa dalam suatu
perekonomian. Konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah
tangga, tingkat suku bunga dan harapan-harapan rumah tangga dimasa yang akan
datang. Konsumsi agregat Islam memiliki duan karakteristik, yaitu muzakki dan
mustahiq.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Konsumsi Keynes versus Klasik
?
2. Bagaimana konsep Aggregate Islami ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Konsumsi Keynes versus Klasik
Pandangan Klasik
Pandangan akan
perekonomian menurut para ahli ekonomi klasik adalah perekonomian pada umumnya
akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang penuh.
Pandangan ini didasarkan atas keyakinan bahwa :
1. Fleksibilitas tingkat bunga akan mewujudkan kesamaan/keseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat dari jumlah tabungan dan investasi pada kondisi penggunaan tenaga kerja penuh.
Tingkat bunga akan menentukan besarnya
tabungan rumah tangga maupun investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan
dalam perekonomian. Menurut para ahli, tingkat suku bunga akan berubah-ubah
sampai mencapai tingkat keseimbangan dimana besarnya tabungan=investasi.
Sebagai ilustrasi:
Pada saat tingkat suku bunga 20 %, besarnya tabungan akan meningkat pesat karena memberikan tingkat pengembalian yang tinggi.
Akan tetapi, bank akan kesulitan untuk menyalurkan pinjaman karena masyarakat
akan lebih memilih untuk menabung dari pada berinvestasi karena return atas
tabungannya lebih tinggi. Untuk menanggulangi hal tersebut, bank akan
menurunkan suku bunganya.
Sebaliknya pada saat tingkat suku bunga 10%,
masyarkat akan memilih untuk mencairkan tabungannya dan memilih untuk
berinvestasi saja (dengan asumsi return atas investasi lebih baik). Karena
banyak orang yang memilih untuk berinvestasi, bank menjadi kekurangan dana
untuk dipinjamkan kepada para investor, untuk menghimpun dana, maka bank akan
menaikkan suku bunga tabungannya. (Musta Edwin Nasution)
Penyesuain ini, dalam pandangan ekonomi klasik
akan terus berulang-ulang hingga tercapai tingkat bunga pada titik
keseimbangan, misalnya 15%, dimana pada titik tersebut jumlah tabungan dan jurnal
investasi ini pendapatan sebesar 15% dari bunga akan habis untuk pembelian
barang kebutuhan karena harga yang ditetapkan oleh para investor memberikan
return sebesar 15% dari nilai investasinya.
Pada titik
tersebut, menurut pandangan ekonomi klasik merupakan titik terjadinya kondisi
penggunaan tenaga kerja penuh dimana penawaran aggregat=pengeluaran aggregat.
Keadaan keseimbangan ini akan tetap wujud karena kebocoran dari sektor rumah
tangga yaitu ? tabungan akan diimbangi oleh suntikkan yang sama besar yaitu
investasi oleh para pengusaha.
2. Fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan
keadaan dimana permintaan dan penawaran tenaga kerja akan mencapai keseimbangan
pada penggunaan tenaga kerja penuh.
Para ahli
ekonomi klasik beryakinan apabila tejadi pengangguran, mekanisme pasar akan
menciptakan penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar tenaga kerja sehingga
pengangguran pada akhirnya dapat dihapuskan. Asumsi yang digunakan para ahli
ekonomi klasik antara lain :
a. Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan maksimum.
b. Keuntungan maksimum akan dicapai pada keadaan
dimana upah adalah sama dengan produksi marjinal.
Pandangan Keynes
Teori makroekonomi berkembang setelah J.M
Keynes menunjukkan kelemahan-kelemahan pandangan para ahli ekonomi klasik
mengenai penentuan tingkat perekonomian suatu negara yang disadari oleh
penggunaan tenaga kerja penuh. (Abdul Mannan. 1997)
Perbedaan pandangan Keynes dan ekonomi Klasik
didasarkan atas perbedaan pendapat yang bersumber dalam persolan berikut :
1) Faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan
dan tingkat investasi dalam perekonomian.
Menurut
pandangan ahli ekonomi Klasik faktor penentu besarnya tabungan dan investasi
adalah timgkat suku bunga. Akan tetapi menurut Keynes, besarnya tabungan yang
dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung pada besar pada tinggi rendahnya
tingkat suku bunga, tetapi tergantung pada besar kecilnya tingkat pendapatan
rumah tangga. Artinya semakin besar
tingkat pendapatan rumah tangga semakin besar pula tabungan dan sebaliknya.
2) Hubungan antara tingkat upah dengan penggunaan
tenaga kerja oleh pengusaha.
Para ahli
ekonomi Klasik beranggapan bahwa dengan asumsi ceteris paribus, penurunan
tingkat upah tidak akan mempengaruhi biaya produksi marjinal. Akan tetapi
menurut Keynes, tidaklah demikian. Dian beranggapan bahwa penurunan tingkat
upah akan menurunkan daya beli masyarakat. Turunya daya beli masyarakat akan
menurunkan tingkat pengeluaran dan berakibat pada turunnya tingkat harga barang
dan jasa.turunya timgkat permintaan terhadap barang dan jasa akibat lemahnya
daya beli masyarakat akan berakibat pada penurunan kapasitas produksi yang
artinya pengurangan jumlah tenaga kerja. Dengan demikiann penurunan tingkat
upah tidak dapat menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh.
Karena perbedaan pendapat antara Keynes dengan
para ahli ekonomi Klasik di atas, Keynes juga mempunyai pandangan tersendiri
terhadap faktor yang yang menjadi penentu tingkat kegiatan ekonomi suatu
negara. Menurut Keynes, faktor penentu kegiatan ekonomi suatu negara adalah
permintaan efektif. Yang dimaksud dengan pwrmintaan efektif adalah permintaan
yang disertai kemampuan untuk membayar barang-barang dan jasa-jasa dalam wujud
perekonomian. (Muhammad Muflih. 2005)
Dengan bertambah besarnya permintaan efektif
dalam perekonomian, bertambah pula tingkat produksi yang akan dicapai oleh
sektor perusahaan. Keadaan ini dengan sendirinya akan menyebabakan pertambahan
dalam tingkat kegiatan ekonomi, penggunaan tenaga kerja dan faktor-faktor
produksi.
Dalam analisis Keynes , dia membagi permintaan
Aggregat kepada dua jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi oleh rumah
tangga dan penanaman modal oleh pengusaha. Akan tetapi, dalam analisis makro
ekonomi, pengeluaran pemerintah dan ekspor juga ikut mempengaruhi pengeluaran
aggregat. Berikut adalah penjelasan faktor yang mempengaruhi permintaan
aggregat :
a) Konsumsi dan investasi
Pengeluaran
konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung
dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah
pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi ( MPC=Marginal Propensity to
Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan untuk
kegiatan konsumsi dan sebaliknya.
Pada kondisi
negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisisih antara produksi
nasional dengan tingkat konsumsi menjadi semakin besar. Agar mencapai
penggunaan tenaga kerja penuh, para pengusaha perlu melakukan investasi sebesar
selisih antara tingkat konsumsi dan produksi tersebut. Jika besarnya investasi
tidak mencapai jumlah tersebut, maka akan terjadi pengangguran. Karena kondisi
tersebut dalam kondisi nyata tidak selalu tercapai, maka pengangguran akan
selalu ada.
b) Pengeluaran Pemerintahsan Ekspor
Dalam analisis
makroekonomi dan perhitungan pendapatan nasional pengeluaran pemerintah dan
ekspor juga merupakan bentuk pengeluaran.
Besar tingkat
pengeluaran pemerintah akan mempengaruhi produksi nasional karena pemerintah
sendiri merupakan konsumen yang besar. Sehingga konsumsi dari pemerintah juga
mencakup sebagian besaqr dari konsumsi nasional.
Ekspor
menunjukkan permintaan efektif yang berasal dari luar negeri. Semakin besar
ekspor semakin banyak pula produksi nasional yang dikonsumsi.
Teori konsumsi Keynes menyatakan bahwa “Pengeluaran
seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin
besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula,
dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah, dan sebaliknya apabila
tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya
digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol”.
Teori konsumsi Keynes terkenal dengan teori
konsumsi dengan Hipotesis pendapatan Absolut yang pada intinya menjelaskan
bahwa konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh
tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut
Keynes semuanya tidak terlalu berpengaruh.
Fungsi konsumsi Keynes dapat dijabarkan dengan
rumus :
C = a + MPC
(Yd)
Dimana:
C =
Konsumsi aggregat
A = Autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan walau
pendatan=0
Yd = pendapatan yang siap dibelanjakan
MPC = Angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon
terhadap kenaikan disposable income.
B. Konsep Konsumsi Aggregat Islami
Konsumsi
Aggregat adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam
suatu perekonomian, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Kelompok utama
yang menghabiskan adalah konsumen, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri.
AD = C + I + G (X-M)
Dimana C = Pengeluaran konsumsi, I = pengeluaran investasi, G = pengeluaran
pemerintah, dan (X-M) = Ekspor impor.
Dalam menganalisis permintaan aggregat, dua
ekonomi terkenal yaitu Keynes dan Pigou mempunyai pendapat yang berbeda. (Eko
Suprayitno. 2005)
Menurut Keynes, apabila terjadi perubahan
harga, maka jumlah yang beredar riil (Ms/P) akan berubah, akibatnya terjadi
perubahan pada tingkat bunga (i). Selanjutnya perubahan tingkat bunga tersebut
akan mempengaruhi investasi (I) yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan
nasioanal.
Sedangkan menurut Pigou, apabila terjadi
perubahan harga dalam perekonomian masyarakat akan merasa saldo kas rill mereka
berubah, yang selanjutnya akan mempengaruhi konsumsi masyarkat tersebut.
Perubahan pada pendapatan nasional. (Http://id.shyoong.com/tags/perminttan-aggregat-islam/)
Jadi pada intinya, perbedaan pendapat ekonomi
tersebut terletak pada perubahan variabel-variabel ekonomi akibat adanya perubahan
harga. Keynes menitik beratkan pada perubahan tingkat bunga, sedangkan Pigou
menitik beratkan perubahan konsumsi ketika terjadi perubahan harga.
Permintaan Aggregat dalam perekonomian terbuka
Islam adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam
suatu perekonomian, baik dari dalam ,maupun dari luar negeri yang sesuai dengan
syariat Islam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Aggregat adalah pengeluaran konsumsi, pemgeluaran investasi, pengeluaran
pemerintah dan ekspor impor :
1. Pengeluaran Konsumsi
Tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk
mewujudkan maslahah duniawi dan ukhrawi. Mashlahah duniawi adalah terpenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal,
kesehatan, dll. Kemaslahatan ukhrawi adalah
terlaksanya kewajinban agama seperti shalat, haji, dll. Artinya, manusia makan
dan minum agar bisa beribadah kepada Allah, seperti manusia berpakaian untuk
menutup aurat agar bisa sholat.
Pengaruh prinsip-prinsip Islam terhadap
pengeluaran konsumsi dengan pendapatan yang muncul dalam suatu ekonomi, dalam
hali ini ada 4 hipotesa teoritis sebagai berikut :
a. Hipotesa pendapatan mutlak
Menurut
Hipotesa ini konsumsi dalm periode waktu tergantung pada pendapatan siap
konsumsi pada periode tersebut. Naiknya pendapatan, tingkat konsumsi akan naik
juga.
b. Hipotesa pendapatan relative
Konsumsi
rata-rata dan konsumsi marginal adalah sama. Zakat dan sedekah akan mengurangi
tingkat konsumsi dan dapat meningkatkan jumlah tabungan yang akan diarahkan
untuk investasi.
c. Hipotesa pendapatan permanen
Besar zakat
tetap misalnya zakat profesi 2,5% berapun jumlahnya penghasilannya karena
pertimbangan agama dan ketentuan hukum Allah, tidak seperti pajak. Sehingga
konsumsi permanen aggregat tidak akan berpengaruh terhadap ditribusi
pendapatan.
d. Hipotesa siklus kehidupan
Konsumsi tidak
tergantung dengan pendapatan saat ini, namu juga dari pendapatan yang
diharapkan untuk masa yang akan datang telah diatur selama hidup. Islam tidak
mengajari pola hidup mewah dan boros atau pengeluaran yang berlebihan. Bila hal
ini diterapkan akan dapat mengurangi konsumsi total dan dapat meningkatkan
volume investasi. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an A’raf ayat 31 yang
artinya “ Hai anak Adam, pakailah pakaian yang indah disetiap memasuki masjid,
makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhynya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf : 31)
2. Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah
satu komponen penting dari pengeluaran aggregat. Investasi adalah pengeluaran
oleh swasta untuk pembelian barang- barang dan jasa yang akan dipakai dalam
proses produksi atau dengan kata lain sama dengan permintaan oleh swasta
terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk investasi produktif.
Faktor yang menentukan pengeluaran investasi
berbeda dengan konsumsi. Perbedaannya terletak dalam hal tujuan membeli barang,
yaitu untuk berinvestasi dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan sedangkan
konsumsi dengan tujuan untuk memenuhi kebuthan pokok. Perbedaan lain adalah
sumber pembiayaan untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber pembiayaan
dan keuangan dimana jumlahnya tidak tergantung dari kondisi keuangan sekarang
tetapi pada harapan kondisi keuangan dimasa mendatang. Pembiayaan konsumsi
rumah tangga berasal dari pendapatan sekarang. Jadi pengeluaran investasi
jumlahnya jauh melebihi jumlah pendapatan sekarang, tidak tergantung dengan
income.
Fungsi investasi dalam ekonomi Islam amat
berbeda dengan fungsi investasi dalam ekonomi konvensional. Perbedaan terjadi
terutama karena pengusaha Islam tidak menggunakan tingkat bunga dalam
menghitung investasi.
Investasi di negara penganut ekonomi Islam
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
a. Ada sangsi untuk memegang asste yang tidak
produktif.
b. Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi
dan judi.
c. Tingkat bunga untuk pinjaman adalah nol.
Permintaan investasi akan meningkatkan jika :
a. Meningkatkan tingkat keuntungan yang
diharapkan.
b. Meningkatkan tingkat iuran terhadap asset yang
tidak produktif.
Tingkat keuntungan yang diharapkan bukan
sebagai varaible control, maka variable yang dipakai oleh otoritas Islam adalah
tingkat biaya atas asset yang tidak produktif. Variable ini merupakan
alternative tingkat bunga yang biasa berlaku dalam negara nin Islam.
Pada gambar memperlihatkan bahwa makin tinggi
tingkat keuntungan yang diharpkan, semakin besar volume investasinya. Dalam
ekonomi Islam, permintaan investasi akan menurun sampai nol pada titik dimana
tingkat keuntungan menjadi negative.
3. Ekspor dan Impor
Berhubungan dengan ekspor dan impor dalam
ekonomi Islam terdapat beberapa ketentuan sebagai berukut :
a. Perdangan luar negeri dengan negara kafir yang
memiliki hubungan permusuhan dan perperangan secara dengan negara Islam adalah
haram.
b. Negara mengizinkan kaum muslim untuk melakukan
perdagangan dengan negara-negara kafir yang negaranya menjalin perjanjian
denfan negara Islam.
Dari uraian di atas dapat disimpulakn bahwa
perdagangan luar negeri negara Islam dikontrol sepenuhnya oleh negara. Negara
Islam juga melakukan sejumlah proteksi untuk melindungi stabilitas ekonomi.
Hanya saja proteksi yang dilakukan oleh negara Islam tidak sama dengan yag
dilakukan oleh negara kapitalis. Proteksi yang dilakukan negara Islam tidak
ditujukan untuk melindungi stabilitas ekonomi saja, tetapi juga ditujukan untuk
mewujudkan stabilitas politik dan tugas menyebarkan risalah Islam keseluruh
dunia.
Adapun mengenai cukai yang dikenakan atas
komoditas yang keluar masuk di wilayah negara Islam tentu berbeda dengan cukai
yang dipraktikkan pada perdagangan luar negeri konvensional. Cukai diperkenakan
kepada pelaku perdagangan dari warga negara Islam sama sekali tidak boleh ada
cukai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori konsumsi Keyness menyatakan bahwa
pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh
pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak
tingkat konsumsinya pula. Dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah,
dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh
pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat bunganya nol.
Teori konsumsi klasik menyatakan perekonomian
pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang penuh.
B. Saran
Demikianlah makalah singkat ini, saya menyadari banyaknya
kekurangan
didalam
penyusunannya.
Maka dari itu
saya meminta maaf dan
mengharapkan
kepada
para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi dimasa
yang akan
datang.
Atas perhatiannya saya ucapakan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Mannan, Abdul. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi
Islam, (Dhana Bhakti Wakaf: Yogyakarta)
Muflih, Muhammad. 2005. Perilaku Konsumen
dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam. (Rajawali Press: Jakarta)
Nasution, Mustafa Edwin. Ekonomi Islam. (Jakarta: Prenada Media Group)
Suprayitno, Eko. 2005. Ekonomi Islam
Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional. (Graha Ilmu: Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar